• SELAMAT DATANG DI TONG SAMPAH HERPOER

    Blog ini adalah coret-coret nya HerPoer yang hanya ingin sedikit berbagi mengenai apa saja tapi terutama ingin berbagi mengenai keindahan Indonesia, dan bangga menjadi anak Indonesia

  • PANTAI KUTA LOMBOK

    Mungkin orang lebih banyak mengenal bahwa pantai Kuta itu identik dengan Bali, tapi cobalah datang ke Kuta Lombok saya percaya bahwa anda akan langsung membuat perbandingan dengan Kuta Bali

  • KOTA BARU GUNUNGNYA BAMEGA

    Apakah anda pernah mengalami nikmatnya menyantap makanan di pinggir laut, dimana anda bisa melihat matahari tenggelam lalu kapal kapal yang mulai merapat di dermaga ?

  • ROCK n ROLL STAR

    Herpoer itu identik dengan jaket robek-robeknya dan dahulu punya impian menjadi Rock n Roll star

  • GILI TRAWANGAN

    Saya menyebutnya surga, karena memang keindahan tempat ini begitu memikat hati saya

  • DESA SADE REMBITAN

    Desa yang unik dengan segala hal, jika ingin menikah sang laki-laki harus menculik calon istri sampai ke bangunan rumahnya yang benar benar masih tradisional

Friday, September 7, 2012

Posted by HerPoer
No comments | 10:41 AM
Menyambung tulisan saya mengenai “ Ibu….Saya Adalah Anak Durhaka “ saya hendak bercerita mengenai Bapak. Kebalikan dari Ibu, Bapak adalah seorang yang sangat keras yang paling saya ingat mengenai kenangan masa kecil yang tidak mengenakkan adalah saya pernah di sabet Bapak pakai kabel sehingga sekujur tubuh saya penuh luka dan Ibu sambil menangis memeluk saya dan mengolesi luka-luka saya dengan minyak tawon ( ini adalah obat ajaib di keluarga saya, mulai dari kerokan sampai luka pasti diolesi dengan minyak tawon ). Dahulu saya marah dan kesal sama Bapak namun sekarang ketika saya besar saya memakluminya karena ternyata saya memang salah tidak mematuhi perintah Bapak. 

Dan yang membuat saya merubah pandangan saya terhadap Bapak adalah sewaktu saya menerima sebuah kamus Bahasa Inggris dari Bapak karangan John M. Echols dan Hasan Shadily. Jujur selama saya sekolah Bapak seolah tidak pernah menunjukkan apresiasinya terhadap saya, padahal saya bukanlah anak yang kurang. Semasa SD kebanyakan saya selalu menduduki peringkat pertama, begitu juga ketika SMP, pernah saya mencapai tiga besar se-sekolah dengan rata-rata nilai saya, namun saya lihat saat itu Bapak tidak pernah bangga terhadap anak laki-lakinya. Anak-anak lain ada yang di beliin sepeda karena berprestasi, video game, baju baru sedang mainan saya adalah monopoli yang dimainkan bertiga bareng adik-adik saya. Dan karena saya merasa apapun yang saya lakukan tidak ada apresiasinya mulailah ketika SMA saya nakal. Saya membolos, tawuran, tidak pernah menyimak apa yang guru sampaikan dan di SMA adalah kebalikan ketika sebelum-sebelumnya. Saya menjadi siswa yang miskin prestasi, kerjaannya setiap hari hanya nongkrong dan nongkrong. 

Kembali mengenai kamus bahasa Inggris tersebut, saya sempat mengenyam sebuah kursus di sebuah lembaga. Dan waktu itu sering saya pinjam kamus sana-sini karena saya tidak berani meminta uang untuk membeli kamus ke Bapak. Namun di suatu sore ketika Bapak pulang kerja, tiba-tiba dia menyodorkan kamus tersebut. Yang membuat saya terharu adalah setahu saya Bapak tidak tahu yang namanya toko buku, dan saya yakin pasti dia membelinya di daerah Senen. Jarak senen dengan tempat beliau bekerja cukup jauh, dan Bapak tidak tahu bentuk sebuah kamus. Dalam kepala saya terbayang pasti Bapak nanya-nanya kamus bahasa Inggris yang bagus apa dan meski yang dia bayarkan mungkin lebih mahal dibanding harga di toko buku pasti beliau tidak ambil pusing. Pasti yang dia inginkan adalah bisa memberikan kejutan buat anak laki-lakinya. 

Saat itu saya menangis, saya sadar saya pun juga belum menjadi anak yang berbakti buat Bapak. Kalau Bapak tidak peduli terhadap anak-anaknya buat apa dia bekerja ( oh iya waktu itu warung keluarga kami juga berjualan minyak tanah, dan untuk mengambil minyak tanah membutuhkan waktu 1 jam bolak-balik dengan gerobak, dan Bapak sering meminta bantuan saya namun seringkali saya tidak membantunya kerena takut ketemu teman sekolah dan saya takut diolok-olok ). Di kamar saya diam merenung, ternyata saya juga durhaka terhadap Bapak saya, lalu timbul tekad saya harus bisa membuat Bapak bangga, persetan dengan apresiasi yang tak terucapkan karena saya tahu ternyata mengapresiasi setiap yang saya lakukan meski tidak lewat kata. Dan Alhamdulillah…..saya bisa membuat Bapak bangga dengan menjadi best student dan saya dapat  kursus gratis meski akhirnya tidak selesai karena terbentur banyak hal.

Sama seperti Ibu, saya ingin ucapkan kepada Bapak “ Bapak…..maafkan apa yang Hery telah lakukan selama ini, suatu hari nanti Hery pengen buat Bapak bahagia dengan apa yang Hery lakukan. Hery juga laki-laki yang kadang susah untuk ungkapkan lewat kata, tapi percaya tak terkira rasa sayang Hery buat Bapak . ”

0 comments:

Post a Comment