Friday, September 7, 2012
Posted by HerPoer
No comments | 10:41 AM
Menyambung tulisan saya mengenai “ Ibu….Saya Adalah Anak
Durhaka “ saya hendak bercerita mengenai Bapak. Kebalikan dari Ibu, Bapak
adalah seorang yang sangat keras yang paling saya ingat mengenai kenangan masa
kecil yang tidak mengenakkan adalah saya pernah di sabet Bapak pakai kabel
sehingga sekujur tubuh saya penuh luka dan Ibu sambil menangis memeluk saya dan
mengolesi luka-luka saya dengan minyak tawon ( ini adalah obat ajaib di
keluarga saya, mulai dari kerokan sampai luka pasti diolesi dengan minyak tawon
). Dahulu saya marah dan kesal sama Bapak namun sekarang ketika saya besar saya
memakluminya karena ternyata saya memang salah tidak mematuhi perintah Bapak.
Dan yang membuat saya merubah pandangan saya terhadap Bapak
adalah sewaktu saya menerima sebuah kamus Bahasa Inggris dari Bapak karangan
John M. Echols dan Hasan Shadily. Jujur selama saya sekolah Bapak seolah tidak
pernah menunjukkan apresiasinya terhadap saya, padahal saya bukanlah anak yang
kurang. Semasa SD kebanyakan saya selalu menduduki peringkat pertama, begitu
juga ketika SMP, pernah saya mencapai tiga besar se-sekolah dengan rata-rata
nilai saya, namun saya lihat saat itu Bapak tidak pernah bangga terhadap anak
laki-lakinya. Anak-anak lain ada yang di beliin sepeda karena berprestasi,
video game, baju baru sedang mainan saya adalah monopoli yang dimainkan bertiga
bareng adik-adik saya. Dan karena saya merasa apapun yang saya lakukan tidak
ada apresiasinya mulailah ketika SMA saya nakal. Saya membolos, tawuran, tidak
pernah menyimak apa yang guru sampaikan dan di SMA adalah kebalikan ketika
sebelum-sebelumnya. Saya menjadi siswa yang miskin prestasi, kerjaannya setiap
hari hanya nongkrong dan nongkrong.
Kembali mengenai kamus bahasa Inggris tersebut, saya sempat
mengenyam sebuah kursus di sebuah lembaga. Dan waktu itu sering saya pinjam
kamus sana-sini karena saya tidak berani meminta uang untuk membeli kamus ke
Bapak. Namun di suatu sore ketika Bapak pulang kerja, tiba-tiba dia menyodorkan
kamus tersebut. Yang membuat saya terharu adalah setahu saya Bapak tidak tahu
yang namanya toko buku, dan saya yakin pasti dia membelinya di daerah Senen.
Jarak senen dengan tempat beliau bekerja cukup jauh, dan Bapak tidak tahu
bentuk sebuah kamus. Dalam kepala saya terbayang pasti Bapak nanya-nanya kamus
bahasa Inggris yang bagus apa dan meski yang dia bayarkan mungkin lebih mahal dibanding
harga di toko buku pasti beliau tidak ambil pusing. Pasti yang dia inginkan
adalah bisa memberikan kejutan buat anak laki-lakinya.
Saat itu saya menangis, saya sadar saya pun juga belum menjadi
anak yang berbakti buat Bapak. Kalau Bapak tidak peduli terhadap anak-anaknya
buat apa dia bekerja ( oh iya waktu itu warung keluarga kami juga berjualan
minyak tanah, dan untuk mengambil minyak tanah membutuhkan waktu 1 jam
bolak-balik dengan gerobak, dan Bapak sering meminta bantuan saya namun
seringkali saya tidak membantunya kerena takut ketemu teman sekolah dan saya
takut diolok-olok ). Di kamar saya diam merenung, ternyata saya juga durhaka
terhadap Bapak saya, lalu timbul tekad saya harus bisa membuat Bapak bangga,
persetan dengan apresiasi yang tak terucapkan karena saya tahu ternyata
mengapresiasi setiap yang saya lakukan meski tidak lewat kata. Dan
Alhamdulillah…..saya bisa membuat Bapak bangga dengan menjadi best student dan
saya dapat kursus gratis meski akhirnya
tidak selesai karena terbentur banyak hal.
Sama seperti Ibu, saya ingin ucapkan kepada Bapak “ Bapak…..maafkan
apa yang Hery telah lakukan selama ini, suatu hari nanti Hery pengen buat Bapak
bahagia dengan apa yang Hery lakukan. Hery juga laki-laki yang kadang susah
untuk ungkapkan lewat kata, tapi percaya tak terkira rasa sayang Hery buat
Bapak . ”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment