Friday, September 7, 2012
Posted by HerPoer
No comments | 10:10 AM
Ada yang menarik dari acara “ Eat Bulaga “ yang sempat saya
tonton, yaitu perjuangan seorang Ibu yang ditinggal suaminya karena meninggal
untuk membesarkan kedua anaknya dengan menjadi buruh cuci. Jujur saya menangis
melihatnya, karena saya jadi teringat ibu saya sendiri.
Saya besar ditengah keluarga yang pas-pas an, Bapak adalah
seorang pegawai negeri yang penghasilannya terbilang kecil. Dan untuk membantu
mencukupi biaya hidup dan sekolah anak-anaknya Ibu membantu Bapak dengan cara
berjualan kue dengan cara berkeliling awalnya, lalu setelah mempunyai sedikit
modal Ibu membuka warung kebutuhan pokok, seperti gula, beras, telur, makanan
ringan. Awalnya cukup mendatangkan banyak keuntungan namun semakin lama dengan
persaingan yang semakin ketat warung tersebut kurang dapat mencukupi kebutuhan
kami dan mulailah Ibu menjual sayur-sayuran mentah ( bayam, kangkung, daun singkong,
dll ) serta pelengkap - pelengkapnya mulai dari bumbu dapur, bawang sampai
bumbu yang sudah jadi. Namun tetap dengan kesibukannya Ibu masih menjadi Ibu
yang bertanggung jawab buat keluarganya, setiap pagi membuatkan sarapan agar
anaknya ketika sekolah punya stamina karena sudah makan, lalu kalau Bapak
pulang juga sudah tersedia minuman pelepas dahaganya lengkap dengan cemilannya.
Yang menjadi penyesalan saya sampai sekarang buat Ibu adalah
saya menjadi anak yang sangat kurang berbakti terhadap Ibu. Ibu sudah keluar
rumah dari jam 3 pagi untuk belanja sayur di Pasar Kebayoran lalu kembali ke
rumah sekitar jam 5 pagi, memilah-milah sayuran sebentar seperti bayam yang
dibeli seharga Rp.500 tiga ikat dijadikan empat ikatan oleh Ibu, lalu tahu yang
dibeli seharga Rp. 2.000 isi lima buah dijadikan isi empat buah oleh Ibu,
setelah semuanya selesai langsung Ibu membuatkan sarapan untuk anak-anaknya.
Permintaan Ibu buat saya sebagai anak laki-laki satu-satunya
di keluarga adalah menjemputnya di depan gang dengan gerobak agar belanjaan Ibu
ringan dibawanya. Nah……seringkali saya ketiduran sehingga Ibu terpaksa
membawanya dengan cara di panggul di punggungnya. Dan sesampainya di rumah,
jarang sekali Ibu ngomel. Hal tersebut terus Ibu lakukan sampai akhirnya saya
bisa bekerja dan bisa menyisihkan sebagian uang untuk membantu Ibu.
Melalui tulisan ini, saya yakin Ibu mungkin tidak membacanya
karena beliau tidak tahu Internet, sms aja tidak bisa, saya ingin sampaikan “ Ibu…..Hery
sayang banget sama Ibu dan maafkan Hery karena selama ini Hery masih menjadi anak
yang kurang berbakti terhadap Ibu. Mudah-mudahan ke depannya Hery bisa
membanggakan Ibu “
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment