• SELAMAT DATANG DI TONG SAMPAH HERPOER

    Blog ini adalah coret-coret nya HerPoer yang hanya ingin sedikit berbagi mengenai apa saja tapi terutama ingin berbagi mengenai keindahan Indonesia, dan bangga menjadi anak Indonesia

  • PANTAI KUTA LOMBOK

    Mungkin orang lebih banyak mengenal bahwa pantai Kuta itu identik dengan Bali, tapi cobalah datang ke Kuta Lombok saya percaya bahwa anda akan langsung membuat perbandingan dengan Kuta Bali

  • KOTA BARU GUNUNGNYA BAMEGA

    Apakah anda pernah mengalami nikmatnya menyantap makanan di pinggir laut, dimana anda bisa melihat matahari tenggelam lalu kapal kapal yang mulai merapat di dermaga ?

  • ROCK n ROLL STAR

    Herpoer itu identik dengan jaket robek-robeknya dan dahulu punya impian menjadi Rock n Roll star

  • GILI TRAWANGAN

    Saya menyebutnya surga, karena memang keindahan tempat ini begitu memikat hati saya

  • DESA SADE REMBITAN

    Desa yang unik dengan segala hal, jika ingin menikah sang laki-laki harus menculik calon istri sampai ke bangunan rumahnya yang benar benar masih tradisional

Tuesday, September 11, 2012

Posted by HerPoer
No comments | 12:45 PM
Ada yang masih ingat tidak mengenai istilah CULTUURSTELSEL ( tanam paksa )?, jika mungkin terlewat dari ingatan izinkan saya mencoba mengingatkan kembali.

Johannes van den Bosch adalah pencetus ide tanam paksa ( Cultuurstelsel ). Ia seorang penasehat Raja Willem I yang kemudian karena ide gilanya itu, dia diangkat menjadi Gubernur Jendral di Indonesia. Dalam tanam paksa, Belanda sudah menentukan tanaman apa yang akan dijadikan komoditas perdagangan. Tanaman yang ditentukan jelas merupakan komoditas yang paling menguntungkan, seperti tebu, nila, tembakau, kopi, teh, lada, kina, pala, dan kayu manis. Komoditas ini sangat laku dalam perdagangan internasional. Pelaksanaan tanam paksa di Jawa berlangsung lebih kurang selama 40 tahun dan memberikan hasil yang baik bagi pemerintah colonial Belanda. Pemerintah Belanda mampu membangun kota Amsterdam dan pembangunan kekuatan militer yang lebih kuat. Kejahatan tanam paksa ini telah menghancurkan tradisi pertanian di Pulau Jawa. Para petani sangat sengsara, tanah pertanian terjual, banyak petani pemilik tanah menjadi buruh tani, peningkatan jumlah kematian bagi masyarakat Jawa era tanam paksa, generasi berikutnya sangat trauma terhadap pertanian sehingga mereka melakukan urbanisasi ke kota-kota.

Beruntung kita yang hidup di zaman ini tidak mengalami zaman tanam paksa-nya Van den Bosch, namun secara tidak sadar dalam kehidupan kita saat ini kita mencetuskan kembali ide Van den Bosch tersebut namun dalam bentuk yang berbeda, “ Materialisme “.

Materialisme itulah Van den Bosch saat ini, dan kita dipaksa untuk menanam segala sesuatunya yang menguntungkan untuk kehidupan kita. Tidak ada yang salah sebenarnya jika kita mempersiapkan kehidupan kita yang lebih baik nantinya, namun dalam pelaksanaannya sama halnya seperti penyelewengan yang terjadi pada zaman Van den Bosch ( dimana seharusnya menurut ketentuan, pemerintahan kolonial mengadakan perjanjian dengan rakyat terlebih dahulu, tetapi dalam prakteknya, dilakukan tanpa perjanjian dengan penduduk desa sebelumnya dan dengan cara paksaan. Sehingga, banyak terjadi penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh pegawai kolonial, bupati dan kepala desa itu sendiri mengakibatkan timbul penderitaan pada penduduk desa ) kita sekarang ini diibaratkan para pegawai colonial, bupati dan kepala desa tersebut yang sibuk menumpuk kekayaan, melakukan suatu hubungan berdasarkan untung rugi dan memanfaatkan orang-orang sekitar demi kepentingan kita pribadi. Lalu setelah itu sibuk menonjolkan Amsterdam yang kita punya, tidak rela untuk berderma, hanya urusan kebanggan diri semata. Dan akhirnya si kaya semakin tinggi hati, dan sang papa semakin rendah diri.

* Mengenang tragedy Harley Davidson n The Marlboro Man, dari camar, bintaro permai, dan berakhir di cempedak dengan sahabat gw yang gak pernah memikirkan untung rugi dalam berteman, di atas vespa biru tua *

0 comments:

Post a Comment