Di tengah keragu-raguan aku tetap menaiki metromini yang kebetulan melintas di hadapanku, namun baru saja ku hempaskan pantatku sebentar hujan perlahan turun, bulat tekadku akhirnya ku berhentikan metromini yang sedang kunaiki dan aku berbalik arah menuju terminal blok-m. Sesampainya di terminal blok-m hujan sangatlah deras, namun sedikitpun tak kupedulikan, langkahku lebar menuju jalur 5, tak kuindahkan pakaianku yang semakin kuyup. Saat itu teknologi tidaklah secanggih sekarang, telepon genggam hanya milik segelintir orang saja. Sesampainya di jalur 5 nekat kunaiki satu persatu metromini 75 jurusan blok-m pasar minggu yang ada sembari kusebut namanya dengan badan yang mulai menggigil. Namun hampir 1 jam mencari, nihil…tak kujumpai dia disetiap metromini 75 yang kunaiki. Di tengah keputus asa-anku yang saat itu berdiri di jalur keluar dekat pasaraya dengan tubuh yang kuyup karena hujan tak juga mereda, seolah dituntun oleh angin yang coba menghalau sang hujan pandanganku dipaksa diedarkan ke arah lampu merah samping hotel Ambhara dan ketika ada kopaja 19 yang berhenti aku berdoa penuh harap semoga kopaja 19 yang tepat berhenti di lampu merah tersebut membawa dirinya dan dia belum pulang dengan metromini 75.
Eureka….kulihat dia turun dan membuka payung kecilnya seanggun bidadari surga yang turun ke bumi membentangkan selendangnya. Bergegas kuhampiri dirinya yang sedang menyebrang menuju ke jalur 5, kupanggil namanya dan dengan wajah penuh ketidakpercayaan dia menatapku heran, matanya seolah bertanya kamu ngapain? Ku jelaskan padanya bahwa tadi aku mengkhawatirkan dia takut dia tidak membawa payung karena hujan deras sekali di blok-m, karena tidak tahu dia ada dimana kunaiki metromini 75 satu-satu berharap dia ada di salah satu metromini yang kunaiki. Alisnya menaik mendengarkan penjelasanku seolah isyaratkan kalimat kelakuanmu konyol, padahal kamu sendiri tidak membawa payung kan? Aku hanya cengar-cengir saja di hadapannya.
Kami sama-sama terdiam untuk beberapa saat namun setelah itu dia menggenggam tanganku sembari tersenyum simpul dan berkata mulai besok kamu bisa jemput aku, kamu konyol tapi gak tahu kenapa saat ini aku merasa kamu lelaki yang sangat mempesona dengan perhatianmu. Aku tersenyum melihat pipinya yang merona merah ketika mengucapkan kata-kata tersebut, memang tidak ada kata aku pun mencintaimu namun aku tahu telah kumenangkan hatinya di jalur 5 terminal blok-m dibawah guyuran hujan namun tidak seperti tadi sekarang aku seolah merasakan satu kehangatan cinta.
0 comments:
Post a Comment