“ Sebenarnya tidak banyak yang bisa diceritakan kepada teman-teman namun jika kalian memaksa baiklah akan saya ceritakan mengenai kisah saya dengan Camar, maaf saya tidak bisa sebut nama aslinya tapi saya rasa kalian pasti mengerti gadis yang saya maksud, jika dirasa kurang berkenan mohon maafnya.
Dari awal perjumpaan sebenarnya sudah ada ketertarikan dalam diri saya terhadap dia, namun sama sekali tak ada keberanian untuk mengutarakan, waktu itu dia adalah siswa pindahan dan ditempatkan di kelas II-2. Dia begitu lembut, begitu hangat, begitu anggun dan begitu mempesona seperti mentari di waktu pagi, itulah kesan saya sewaktu pertama kali melihat dia.
Hari berganti hari, sampai pada akhirnya dengan sedikit keberanian saya coba mengutarakan perasaan saya terhadapnya. Entah mengapa dia menerima saya, sekedar gambaran dia adalah gadis yang dikaruniai oleh Tuhan banyak hal, kecantikan, kepintaran, dan budi pekerti yang tinggi sedang saya kebalikannya. Kami merajut asa dan cinta bersama. Masih teringat bagaimana dia menanti saya diwaktu pagi hanya untuk sekedar jalan berdua menuju sekolah lalu berpisah sebentar ketika hendak memasuki gerbang sekolah dan dia menanti saya kembali di tangga menuju kelas kita yang kebetulan letaknya di atas. Saya betul-betul menyayangi dan mencintainya saat itu.
Karena kebodohan diri sendiri akhirnya kami berpisah, saat itu dia menangis dan saya hanya diam mencoba menahan airmata yang hendak jatuh. Saya hendak merengkuhnya dan bisikkan ditelinganya saya juga tidak mau kehilangan dia, namun saya tidak bisa karena saya laki-laki…hitam buat saya hitam, apa yang sudah terucap dan menjadi keputusan tak mungkin diralat kembali. Kami berpisah dengan menyisakan penyesalan di dada. Dia meneruskan hidupnya dengan kuliah kedokteran di UGM dan saya…hancur. Penyesalan saya diwujudkan dalam cara yang salah, saya semakin liar. Rambut panjang sebahu, kehidupan malam dengan narkotika di dalamnya. Namun tetap saja tak bisa saya melupakannya, saya menginginkannya kembali. Akhirnya saya coba untuk belajar bermain piano, lagu yang saya coba pelajari yaitu “ Cintakan Membawamu Kembali “, meski belum terlalu mahir saya paksakan untuk merekamnya lalu saya kirim untuknya dengan harapan semoga dia mau menerima saya kembali.
Dia hanya memberikan senyumnya tapi tanpa kata, setelah itu terus berlalu dari hadapan saya. Jelas sudah bahwa saya benar-benar menyakitinya. Dan sampai saat ini saya sama sekali tidak tahu dia ada dimana.
Jika panitia berkenan, disini ada keyboard…boleh tidak dinyalakan? Izinkan saya mainkan Cintakan Membawamu Kembali, meski saat ini dia tidak hadir apalagi mendengarnya saya hanya ingin dia tahu bahwa saya sudah berubah dalam bersikap apalagi menyangkut tanggung jawab, namun tidak terhadap penyesalan terhadapnya dan permohonan saya selama ini hanya agar Tuhan memberikan saya satu kesempatan untuk bertemu dengannya agar saya dapat berkata maafkan saya atas semua yang telah terjadi, dan izinkan saya melihatnya meski di saat terakhir saya. “
Lalu saya ambil kursi dan mulai memainkan nada F dikeyboard dihadapan saya untuk alunkan lagu Cintakan Membawamu Kembali, dengan pandangan mata yang mulai mengabur karena basah oleh airmata yang mulai jatuh. Terbayang jelas ceria wajahnya ketika kita menyebrangi jalan di daerah bintaro bergandengan tangan, cemas wajahnya melihatku terbaring tak berdaya, dan binar matanya ketika kukatakan aku mencintainya, serta pipinya yang merona merah ketika kupuji bahwa pasti ada keturunan orang jepara atau bali karena Tuhan memahat dengan sempurna wajahnya.
Yang tak saya sadari sejak saya mulai bercerita adalah bahwa di pintu masuk ruangan tempat reuni ada seorang wanita yang juga ikut meneteskan airmatanya mendengar cerita saya, dan hanya bisa ucapkan “ Saya sudah maafkan kamu dari dulu, kamupun tak pernah lepas dari ingatanku dan terima kasih untuk saat-saat indah yang pernah kau hadirkan di kehidupanku serta cinta yang terus ada. Pada saatnya nanti jika Tuhan berkehendak kita pasti bertemu, sampai jumpa cinta pertamaku. “
Conclusion: edaga ueru ( kayu yang terbakar ) seolah tanpa makna, namun jika sudah menjadi abu baru terasa jika dia sudah hangatkan setiap relung tubuh dan jiwa lewati malam-malam gelap dan dingin yang bekukan tulang.
0 comments:
Post a Comment