Kelas 2 SD saya pindah ke daerah Pondok Betung, dan disana saya mendapati banyak hal baru dalam kehidupan saya, termasuk soal makanan. Dari kembang duren yang dikumpulkan lalu diolah menjadi hidangan oseng-oseng teman makan nasi, sampai ke Jengkol. Jujur karena penasaran awalnya namun ternyata ketika saya mencicipinya, Masya Allah top markotop rasanya terutama jengkol. Namun kegemaranku makan jengkol harus sedikit direm karena di keluarga Bapak paling benci terhadap makanan tersebut dan celakanya ketika saya memadu kasih dengan seorang gadis dia juga sangat tidak suka terhadap makanan enak tersebut.
Jika saya menyenangi jengkol, kekasih saya sangat menggemari duren yang sebenarnya sangat saya tidak suka dan baunya membuat kepala saya pusing tujuh keliling. Namun seringkali saya harus menemaninya makan duren di kalibata karena itu ketika menemaninya saya hanya berdiri di kejauhan. Dan karena frekwensi yang rutin ke kalibata terkadang kami bertengkar, bukan karena saya tidak mau menemaninya kesana namun karena kenapa saya harus berkompromi dengan duren sedangkan dia sama sekali tidak mau berkompromi dengan jengkol. Namun akhirnya selalu saya yang harus mengalah, dan itu terus berlangsung sampai sekian lama, sampai suatu ketika kekasih saya tersebut membawakan saya sarapan nasi uduk plus jengkol kesukaan saya. Dan dia berkata,
Sekali lagi maafin aku ya. Sekarang izinin aku suapin kamu makan makanan kesukaanmu. Mulai hari ini dan seterusnya kamu boleh kok makan jengkol. Maafin aku ya untuk sikap yang sangat menyebalkan..... ”
Saya hanya diam, lalu saya raih kepalanya dan kudaratkan kecupan di keningnya seraya berkata, “ Terima kasih sayang, I Love You ”
0 comments:
Post a Comment