Namanya Sonya, gadis berkacamata dengan rambut lurus panjang sebahu, sepintas wajahnya mengingatkanku pada Lisa Loeb awalnya. Entah apa yang merasuki pikiranku saat itu untuk mendekatinya namun yang terjadi selanjutnya adalah kami merajut asa bersama dalam cinta. Dalam hal pandangan hidup kami tidak begitu berbeda, pun dalam hal selera makan. Jurang pemisah kami adalah keyakinan kami. Sonya adalah Nasrani sedangkan aku adalah seorang muslim. Kebahagiaan cinta membuat kami tidak mempermasalahkan hal tersebut awalnya, jika hari minggu tanpa diminta aku menemaninya ibadah. Kuantarkan dirinya sampai di halaman gereja lalu kutunggui dirinya sampai selesai ibadah di warung mie ayam yang tepat berada diseberang gerejanya. Dan jika waktu shalat tiba dia akan mengingatkanku untuk shalat. Yang tak kan lupa dalam ingatan adalah suatu hari di bulan ramadhan, Sonya khusus membuatkan makanan untukku berbuka. Dari gorengan yang sangat aku gemari, hingga oseng kangkung pedas dengan tempe goreng sebagai makanan utamanya. Dan sebagai balasannya saat natal ku hadiahi dirinya cd yang berisi puji-pujian terhadap Tuhannya. Kami tidak pernah mempermasalahkan akidah kami, kami saling menghormati satu sama lain.
Kami berjalan bergandengan tangan menyongsong mentari dengan cinta dan pengertian serta harapan semoga Tuhan selalu memberikan jalan bagi kami untuk terus bersama. Suatu hari pernah kurengkuh dirinya dalam dekapan lalu ku kecup kening, mata dan pipinya seraya berkata, " Aku mencintaimu, saat ini menurut agamaku aku telah berdosa karena engkau belum halal untukku, namun jika sekiranya kamu halal untukku, akan kujaga kamu sampai akhir hayatku. Tak akan kubiarkan kening itu berkerut dengan tingkah lakuku yang menyakitkanmu, hanya akan kubiarkan mata itu meneteskan air mata lalu mengalir ke pipi mu karena bahagia. Aku mencintaimu sayang, semoga Tuhan memang menjadikanmu wanita pendamping hidupku. "
Dia membalas pelukanku dengan erat, dan dibisikkan kata ke telingaku, " Dalam doaku aku selalu meminta kepada Tuhan kebahagiaan dan keselamatan untuk keluargaku lalu setelah itu tak lupa aku meminta kepada Tuhan jadikanlah laki-laki jelek item bernama Hery Purnomo sebagai iman buatku dan buat anak-anakku kelak. " Sambil tertawa kecil dia mencium pipiku manja lalu berlari menjauh memintaku untuk mengejarnya.
Namun ternyata manusia hanya bisa berencana, ternyata perbedaan yang sangat mendasar tersebut tidak dapat dicarikan jalan keluarnya. Sonya sangat mencintai Tuhan nya, begitu juga diriku. Sehingga di suatu senja, di sebuah taman yang sering kami datangi jika ingin menikmati waktu berdua saja di waktu sore, meski menyakitkan kami berpisah.
Sekarang kenangan tersebut beresonansi dalam kepalaku dan membuatku tak dapat tidur. Di bibir pantai di temani debur ombak bayangan dirimu hadir persis seperti saat kita berpisah.
Kurengkuh dirinya dalam dekapan dan kubisikkan kata " Kumohon tetaplah bersamaku, aku mencintaimu. Saat ini aku memang tidak tahu apa yang harus dilakukan guna mengatasi perbedaan kita. Namun percayalah aku akan berusaha menemukan jalan guna mengatasi perbedaan itu "
" Cinta bisa berganti namun tidak Tuhan-mu, kamu tahu betapa aku sangat menginginkanmu sebagai pendamping hidupku. Atas nama cinta aku ingin berpisah dengan mu, tapi tidak atas nama Tuhan-ku. Selamat tinggal sayang...... "
0 comments:
Post a Comment