Friday, January 18, 2013
Posted by HerPoer
No comments | 5:22 PM
Ini adalah cerita cinta Bapak Ibu saya yang saya dapatkan dari Ibu. Cerita cinta mereka tumbuh ketika mereka berdua bertemu di Berland Matraman, Ibu menumpang di rumah salah satu saudara yang kebetulan Bapak juga menumpang di rumah saudara Bapak dan letaknya bersebelahan. Sebenarnya mereka sama-sama berasal dari Wates Yogjakarta namun di sana tidak saling kenal dan kenalnya di Jakarta. Percintaan mereka penuh liku-liku, dimulai dari tidak disetujuinya hubungan mereka karena dengan alasan wajah Ibu jelek. Kebetulan bibir Ibu bagian atas memang agak melenceng karena Ibu pernah sakit panas sekali sewaktu kecil dan mengakibatkan perubahan di wajahnya terutama di bibir. Setiap Bapak habis pergi sama Ibu yang terjadi adalah pakaian Bapak semua ada di selokan ( Frankly It's real according to Ibu ). Namun Bapak tetap dengan pilihannya, meski harus memunguti pakaiannya satu demi satu lalu mencucinya kembali.
Singkatnya akhirnya mereka dapat menikah meski dengan perjuangan yang sangat berat, namun ujian tidak berhenti begitu saja. Sepulang dari kampung, Bapak jobless karena dipecat dari pekerjaannya.( Bapak hanya mendapat izin dari kantornya 1 minggu tapi Bapak sampai hampir 2 minggu. Bukan salah perusahaannya sih tapi salah Bapak yang tidak kasih kabar. Hahahaha......ternyata air cucuran atap jatuhnya juga ke pelimbahan juga ). Bapak bekerja serabutan semenjak saat itu, kerjaan kasar macam jadi kuli bangunan. Untuk membantu Bapak, Ibu menerima jahitan di rumah. Sekitar 6 bulan kemudian ketika Ibu mengandungku, Bapak di terima bekerja di RS Pelni petamburan sebagai pengambil pakaian kotor pasien. ( jenjang Bapak cukup lumayan sampai pensiun mengingat pendidikannya hanya SMP ) Dan aku beserta adik-adikku lahir di RS ini, oleh Bapak ada Purnomo namaku karena ada sebuah harapan menjelang kelahiranku dan semoga masa depanku cerah layaknya sang purnama.
Cinta mereka sederhana, Bapak kalau punya rezeki lebih mengajak Ibu ke Kebayoran untuk sekedar makan Bakso plus bersama kami anak-anaknya. Ibu semarah apapun sama Bapak tetap menyediakan teh hangat untuk Bapak dan menyiapkan makanan ketika Bapak pulang kerja. Ketika Ibu berjualan sayur Bapak lah yang menemani Ibu ke Kebayoran setelah itu langsung pergi ke tempat kerja dengan M09.
Buatku cinta mereka berdua sangat indah untuk dinikmati, memang tidak seperti percintaan di roman-roman atau novel yang penuh kata puitis. Namun tujuan sederhana mereka dalam mencintai masing-masing bahwa mereka akan saling menemani hingga Izrail memisahkan mereka sangat membuatku kagum. Sampai saat ini Ibu masih setia menemani Bapak meski Bapak sekarang sering gak nyambung karena pendengarannya sudah agak berkurang, masih membuatkan sarapan yang sesuai dengan permintaan Bapak, lalu Bapak masih setia menunggui Ibu pulang kalau Ibu pergi ngaji setiap Selasa Kamis, sibuk nelponin Ibu kalau kebetulan Ibu menginap di rumahku kata Bapak " Gak ada yang nemenin Bapak di rumah, Ibu cepet pulang "
Bapak.....Ibu......semoga kelak Hery bisa seperti kalian.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment